Berinovasi Tanpa Kehilangan Identitas

Berinovasi Tanpa Kehilangan Identitas , Inovasi sudah menjadi keharusan bagi merek bisa ingin tetap eksis di masa depan dan relevan dengan kebutuhan konsumennya. Merek ini terus berinovasi tanpa meninggalkan identitasnya.

Sebuah merek tak lengkap tanpa identitasnya. Identitas membantu merek untuk dikenali dan diingat oleh konsumennya. Tanpa identitas, merek tak lebih dari sekadar logo dan jargon lucu yang biasanya disematkan guna menarik perhatian, dan kemudian mudah terlupakan.

Begitu pula dengan inovasi. Baik usaha kecil hingga tingkat korporasi, inovasi selalu dituntut oleh konsumen. Sebuah hal baru, baik produk atau layanan, senantiasa dinanti oleh konsumen.

Keduanya harus bisa berjalan beriringan. Merek terus berinovasi tanpa kehilangan jati dirinya. Menjaga keseimbangan keduanya tidaklah mudah di tengah derasnya tuntutan konsumen, namun hal inilah yang perlu dilakukan oleh merek.

Inilah yang dilakukan oleh Wastraloka. Merek asal Yogyakarta yang merintis perjalanannya sejak tahun 2014 ini telah menerapkan inovasi dengan tetap menjaga identitasnya. Produknya kini sudah merambah pasar ekspor hingga ke Cina, sebuah keunikan di mana biasanya Cina yang berperan sebagai eksportir.

Wastraloka adalah merek yang menjual produk dekorasi rumah yang bermotif batik. Nama Wastraloka berasal dari bahasa Sanskerta: wastra yang berarti kain tradisional dan loka yang berarti surga. Menurut pendiri dan pemilik Wastraloka, Eni Anjayani, perjalanan ini dimulai dari kecintaannya terhadap batik, warisan budaya yang kental dalam keluarganya. Terlahir dari keluarga pembatik, Eni terinspirasi oleh keinginan untuk menjadikan batik lebih dari sekadar pakaian, namun juga sebagai elemen dekoratif yang memperkaya ruang.

Akhirnya, ia mulai menggali potensi bisnisnya. Awalnya hanya sebagai usaha sampingan pada tahun 2014, namun semangatnya tidak pernah surut. Bermodal awal Rp 5 juta untuk produksi, Eni memulai usahanya dan memamerkan buah karyanya dari pameran kerajinan ke pameran kerajinan lainnya.

Pada tahun 2017, Eni akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai pegawai kantoran dan fokus merintis Wastraloka. Eni mulai memberdayakan ibu-ibu untuk membantu proses produksinya. Awal berdiri, Wastraloka memiliki satu hingga dua orang yang bekerja di bagian produksi. Kini usaha milik Eni sudah memiliki 18 orang di bagian produksi.

baca juga

    Bahan-bahan produksi diperoleh Eni dari barang-barang pabrik elektronik yang tidak lolos uji kelayakan. Barang elektronik tersebut kemudian diolah menjadi pernak-pernik hiasan rumah seperti guci tempel, lampu teko, lampu wakul, tenong, hingga tempat kerupuk. Eni juga bekerja sama dengan seniman lokal untuk menghias batik pada produk olahan tersebut.

    Dengan berbagai strategi yang digunakan, termasuk ekspansi tim dan peningkatan kualitas produk, Wastraloka berhasil menjadi badan usaha yang mapan. Merek ini bahkan mendapatkan izin ekspor untuk memasarkan produknya ke pasar luar negeri. Kini, bisnis milik Eni mampu menghasilkan omzet hingga Rp 300 juta per bulan.

    Tidak hanya itu, Wastraloka juga menunjukkan komitmen yang kuat terhadap pemberdayaan masyarakat lokal. Dengan melibatkan warga sekitar, termasuk ibu-ibu dan seniman muda, dalam proses produksinya, merek ini tidak hanya menciptakan produk berkualitas tinggi tetapi juga memberikan dampak positif bagi komunitasnya.

    Kunci keberhasilan Wastraloka adalah memperkuat identitasnya sebagai merek. Mereka tidak hanya mengikuti tren, tetapi juga mempertahankan keunikan dan ciri khas produk mereka. Dengan memegang teguh identitasnya, Wastraloka berhasil menarik perhatian pasar dan membangun kesetiaan pelanggan.

    “Kami benar-benar memperkuat identitas. Tidak perlu jadi yang pertama, tapi tetap menghasilkan produk dengan kualitas terbaik dengan identitas yang tetap kami pertahankan,” kata Eni.

    Tak hanya itu, Wastraloka juga terus berinovasi dengan meluncurkan produk-produk spesial untuk memenuhi kebutuhan pasar, seperti edisi khusus untuk perayaan Lebaran, Hari Kemerdekaan, dan bahkan pergantian pemerintahan. Strategi ini membuktikan kepekaan merek terhadap tren dan keinginan konsumen, sambil tetap mempertahankan esensi budaya Indonesia dalam setiap karya mereka. Eni sadar bahwa inovasi tak bisa dilepaskan dari proses perjalanan bisnis.

    Tentu saja, seperti halnya banyak bisnis lainnya, Wastraloka tidak luput dari suka dan duka. Pandemi COVID-19 memberikan pukulan bagi sebagian besar industri, termasuk industri kreatif seperti ini. Namun, dengan ketangguhan dan kreativitas yang dimiliki, Wastraloka berhasil menghadapinya dengan merampingkan strategi pemasaran, menyesuaikan diri dengan perubahan perilaku konsumen, dan mengeksplorasi pasar baru, khususnya melalui kerja sama dengan korporat.

    Dalam perjalanan bisnisnya, Wastraloka juga menunjukkan komitmen untuk terus berkembang dan bereksperimen. Mereka tidak hanya memperluas saluran distribusi ke marketplace dan galeri-galeri seni, tetapi juga berencana untuk membuka gerai sendiri di berbagai lokasi strategis, termasuk di luar negeri.

    Kini, Eni mulai membangun merek Wastraloka untuk menjadi lebih mapan. Salah satunya adalah dengan pelebaran jalur ekspor. Cina sudah menjadi negara yang rutin melakukan impor produk pernak-pernik Wastraloka. Nilai impor pada bulan Maret 2024 dari Cina saja sudah mencapai Rp 110 juta.

    Selain Cina, benua lain yang telah dijajaki Wastraloka adalah benua Eropa. Kini, jalur ekspor yang coba dibuka oleh Eni adalah region Timur Tengah. Menurut Eni, kondisi perekonomian Timur Tengah yang lebih stabil menjadikan pasar ini potensial untuk dibidik. Eni menyebut saat ini merek sedang melakukan pendekatan untuk menjual produknya ke Abu Dhabi, ibu kota dari Uni Emirat Arab.

    Selain itu, Eni juga berencana untuk memindahkan rumah produksinya yang berlokasi di Jl. Prawirotaman No 42 Brontokusuman, Kecamatan Mergangsan, Kota Yogyakarta ke tempat yang lebih luas. Rumah produksi ini juga berfungsi sebagai gerai Wastraloka. Selain itu, Wastraloka juga memiliki gerai yang berlokasi di Klaten, Jawa Tengah. Eni akan menambah gerainya di Bali. Namun, ia enggan menyebut kapan hal tersebut akan direalisasikan.

    Tidak perlu jadi yang pertama. Yang penting tetap menghasilkan produk dengan kualitas terbaik.

    Leave a Comment

    Your email address will not be published. Required fields are marked *

    Scroll to Top